Kamis, 29 Januari 2009

TUJUAN DAN FUNGSI HIDUP

TUJUAN DAN FUNGSI HIDUP

Dari aspek sosiologi, hidup berkait erat dengan segala perbuatan manusia yang wujud dalam seluruh interaksi yang dilakukannya. Hidup berarti menyangkut seluruh aktivitas manusia dalam berbagai macam interaksinya satu sama lain. Tiada interaksi atau mengasingkan diri adalah ‘mati’.
Hidup dalam arti biologi, adalah syarat bagi adanya hidup dalam arti sosiologi. Tak akan ada hidup dalam pengertian sosiologi, kecuali dengan adanya hidup dalam pengertian biologi. Meskipun mungkin ada terdapat hidup dalam makna biologi, tetapi tak terdapat hidup secara sosiologi.
Memahami hakikat hidup adalah sangat fundamental. Kegagalan memahami hakikat hidup, akan membuat seseorang menjalani hidup bagaikan layang-layang terputus talinya atau bagaikan kapal berlayar tanpa nakhoda.
Hidup tanpa tujuan sama seperti naik taxi tanpa tujuan. Apa yang terjadi bila kita naik taxi tapi tidak punya tujuan? Ada 3 hal yang mungkin terjadi :
1. Sopir taxi marah-marah dan tidak mau membawa kita. Artinya kita tidak pergi ke mana-mana,tetap di tempat.
2. Sopir taxi mau membawa kita, kemudian bila argo yang harus kita bayar telah banyak. Kita akan dibawa ke tempat kita semula menghentikan taxi. Artinya kita menghabiskan banyak uang dan waktu, tapi kita tidak pergi ke mana-mana
3. Sopir taxi mau membawa kita dan bila argo yang harus kita bayar telah banyak, kita akan diturunkan disembarang tempat. Mungkin di tempat yang tidak kita kenal, atau mungkin di tempat yg kita benci. Artinya kita menghabiskan waktu dan uang banyak tapi kita sampai di tempat yang tidak kita kenal atau tempat yang kita benci
Kesimpulanya :
Ada 3 hal yang bisa terjadi bila kita hidup tanpa tujuan :
1. Hidup kita stagnan. Kita tetap seperti sekarang.
2. Kita menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga dan pikiran, tapi kita pun tidak ke mana-mana. Kita hidup tetap seperti sekarang,tidak berubah
3. Kita menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga, pikiran dan hidup kita berubah, tapi perubahan yang tidak kita inginkan atau bahkan berubah menjadi lebih buruk. Apa tujuan hidup kita? Segera tentukan tujuan hidup kita sebelum kita menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga dan pikiran dengan percuma.

Bagaimanakah hakikat hidup seorang muslim?
Seorang wajib memahami hakikat hidupnya di dunia: Dari mana ia berasal, untuk apa hidup dan bagaimana dia harus menjalani hidupnya, serta kemana setelah mati? Oleh karena ini akan menentukan corak atau gaya hidup seseorang.
Banyak pelajar muslim yang tidak memahami dan kehilangan makna hidup yang hakiki. Hanyut dengan gaya hidup sekuler, ada pula yang acuh tak acuh menjalani hidupnya. Allah SWT telah membekalkan potensi pada diri manusia, akal dan fitrah yang melekat sejak diciptakan oleh Allah. Allah telah memberikan panca-indera, sebagai unsur penting untuk proses berpikir.
‘Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur.’ (QS An Nahl : 78)
Menggunakan potensi kehidupan akan memahami hakikat hidup manusia. Kegagalan memahami hakikat hidup, karena kelalaian dan keengganan menggunakan kurnianNya, sehingga arah dan orientasi hidup menjadi tidak jelas atau menyimpang dari jalan yang semestinya. Akhirnya, hawa nafsu atau setanlah yang dijadikan “tuhan”, yakni menjadi sumber penentu sikap dan tujuan hidupnya. Akan dicap oleh Allah SWT bagaikan binatang ternak, bahkan lebih rendah lagi daripada itu.

”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahannam banyak dari jin dan manusia. Mereka mempunyai akal, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tandakekuasaan Allah) , dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS Al A’raaf : 179)

Pertanyaan “Untuk apa manusia hidup? “Pertanyaan ini berkaitan dengan fakta bahwa manusia telah lahir dan wujud di dalam kehidupan dunia ini. Sehingga wajar bila dalam hatinya muncul pertanyaan mengenai untuk apa dia hidup dan bagaimana dia harus menjalani hidup.
Pertanyaaan “Kemana manusia pergi setelah mati nanti? “ adalah wajar, karena setiap manusia pasti akan berjumpa dengan kematian. Dalam hatinya pasti terbit pertanyaan apakah setelah kematian berarti segala sesuatunya juga akan berakhir, ataukah kematian itu merupakan suatu pintu untuk memasuki fase kehidupan yang baru selanjutnya. Pertanyaan ini berkaitan dengan hakikat apa yang ada setelah kehidupan dunia.

Pertanyaan lain adalah “Adakah hubungan antara apa yang ada sebelum kehidupan dunia dengan kehidupan dunia kini serta hubungan antara kehidupan dunia kini dengan apa yang ada sesudah kehidupan dunia. Jika ada, hubungan apakah itu?”
Menghadapi pertanyaan yang demikian, sikap manusia bervariasi. Ada yang lari atau tak acuh terhadap pertanyaan tersebut, sehingga akhirnya mereka menjalani hidup sambil lewat (tanpa makna, tanpa visi, tanpa misi, kosong).
Jawaban pertanyaan ‘Dari Mana Manusia Hidup?’
Terhadap pertanyaan ‘Dari manakah manusia, hidup, dan alam semesta berasal ?’, maka Islam memberikan jawaban bahwa ketiga hal tersebut diciptakan oleh Allah SWT. Jawaban ini diterangkan dalam banyak nash, di antaranya,
‘Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.’ (QS Al Baqarah : 21)
‘Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.’ (QS. Al Infithaar : 6-7)
‘Mengapa kalian kafir kepada Allah, padahal kalian tadinya mati lalu Allah menghidupkan kalian; kemudian Allah mematikan kalian dan menghidupkan kembali kalian, kemudian kepada-Nya-lah kalian dikembalikan?’ (QS Al Baqarah : 28)
Ayat-ayat di atas menegaskan dengan jelas bahwa asal manusia adalah diciptakan oleh Allah, bukan ada dengan sendirinya, atau tercipta semata-mata karena proses-proses alam, atau tercipta melalui evolusi dari organism lain yang lebih sederhana. Allah lah yang telah menciptakan manusia dan membuatnya hidup di dunia sampai batas waktu tertentu untuk kemudian nanti dikembalikan lagi kepada-Nya.
Jawaban pertanyaan ‘Untuk Apa Manusia Hidup?’
Terhadap pertanyaan ‘Untuk apa manusia hidup?’ Islam menjawab, bahwa manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Yaitu untuk mentaati Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Misi hidup manusia ini dijelaskan Allah:

‘Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah (beribadah) kepada-Ku.’ (QS Adz Dzariyaat : 56)
‘Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya mereka beribadah (menyembah) Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama’ (QS Al Bayyinah : 5)
Ibadah menurut bahasa adalah taat (patuh, tunduk). Menurut istilah pula, memiliki dua arti: arti umum dan arti khusus. Secara umum adalah mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-larangan Allah. Secara khusus adalah ketaatan kepada hukum syara’ yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya, seperti shalat, zakat, haji, do’a, dan sebagainya.

Melaksanakan ibadah dalam makna umum secara konkrit merupakan misi hidup manusia di dunia menurut Islam. Inilah hakikat hidup manusia di dunia. Realitas ibadah terwujud ketika seorang muslim mengikat dirinya dengan hukum-hukum syara’ dalam hubungan dengan Tuhan, manusia lainnya dan dirinya sendiri.
Ketika seorang pelajar melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, atau membaca Al Qur`an disebut melaksanakan ibadah khusus. Tatkala dia belajar secara profesional dengan etika yang tinggi didukung keikhlasan dan sikap amanah, belajar bersungguh-sungguh, menepati janji, mengkaji ajaran Islam, prihatin keadaan kaum muslimin dan saudaranya yang lain, terlibat dalam kegiatan keislaman, bersabar tatkala mendapat musibah kegagalan, menjaga kesehatan dan kebersihan dan sebagainya disebut menjalani ibadah umum.
Sebaliknya, tatkala seseorang melalaikan tugas sebagai pelajar, melakukan, berbohong, berzina, melanggar peraturan sekolah, suka menyakiti orang lain dan sebagainya, dikatakan ia melakukan maksiat kepada Allah. Artinya ia lupa terhadap hakikat keberadaannya di dunia.
Jawaban pertanyaan ‘Kemana Manusia Pergi Setelah Mati Nanti?’
Manusia yang menuruti perintah Allah akan diberikan imbalan yang baik di akhirat nanti.
Manusia yang melakukan kejahatan atau maksiat akan dibalas di dalam neraka.

Tidak ada komentar: